Perdebatan Seputar Jomblo



Di dalam dunia pergaulan remaja, perdebatan tentang status jomblo nggak kalah serunya dengan debat capres yang baru-baru ini mulai menghangat. Banyak yang menyatakan pro, tapi nggak dikit juga yang kontra.

Bagi yang pro, mereka dengan enjoy bilang “It’s teu nanaon to be jomblo”. Predikat itu bukan masalah bagi mereka. Justru mereka begitu menikmati hidup tanpa pasangan. Sebagai bentuk dari rasa syukur mereka, ada diantaranya yang bikin perkumpulan dengan nama Jojoba alias Jomblo-Jomblo Bahagia, ada juga yang tergabung dalam komunitas Kelompok Jomblo Ceria yang disingkat Kejora. Malah ada yang menamain dirinya, Ijo Lumut yaitu Ikatan Jomblo Lucu dan Imut :lol: (ehm… boleh juga tuh). Mau gabung? Jangan salah pilih. Pilihlah komunitas yang oke visi, misi dan programnya (duwileee…). Yowis, jitak terus! Hee.. :D


Mereka ngerasa keberadaan sang pacar malah bikin ribet. Kebebasan en kreativitasnya kayak dipasung gitu loh! Deket-deket dikit aja ama lawan jenis, dicemburuin. Nggak mau nurutin kemauan “sang yayang”, dibilang nggak sayang. Nggak bales SMS atau miskol aja ngadat. Nggak nraktir makan atau nggak nganterin pulang dibilang nggak cinta lagi. Malem mingguan datang telat malah disangka selingkuh. Punya pendapat berbeda eh malah dicemberutin. Kalo udah gini mah, tentu aja menjadi jomblo itu lebih asik ketimbang pacaran. Jadi punya otoritas penuh buat nentuin langkah kakinya sendiri mau belok kiri kek, serong ke kanan kek atau mau lurus-lurus aja terus tanpa intervensi dan pembatasan dari orang lain. Mereka juga ngerasa nggak membebani orang lain untuk memenuhi keinginannya-keinginannya sendiri. Nggak heran kalo para jomblo itu begitu bahagia dan ceria menikmati kesendirannya yang walaupun diliputi kesunyian. Uhuy! ;)

Sementara yang kontra, mereka juga punya argumen yang nggak kalah dahsyatnya. Bagi mereka, menyandang status jomblo itu seperti kutukan (wew.. serem amat). Soalnya hidup tanpa curahan kasih sayang dari lawan jenis ibarat sayur tanpa garam. Sunyi, garing bin kering kerontang. Apalagi di kalangan remaja banyak yang menobatkan pacaran itu sebagai simbol pergaulannya. Alamat bakal tersisih dari pergaulan dan memanen kata-kata sindiran serta cibiran yang pelan tapi dalem dan bikin kuping panas, kalah deh pantat penggorengan. Seperti yang dialami trio dara jomblo Gwen, Keke dan Olin dalam film 30 Hari Mencari Cinta yang dituding jadi lesbian cuma gara-gara nggak punya gacoan. Gimana nggak gondok? Ya nggak nahan.. deh!

Makanya bagi kaum anti jomblo, nggak punya pasangan bisa bikin stress, depressi, desperate dan jadi beban pikiran yang berat. Gejala ringan sih mungkin cuma uring-uringan nggak jelas, mimik ngiri ngeliat temennya yang pacaran, atau krisis percaya diri karena tak kunjung laris (emangnya jualan apa?). Tapi bagi yang udah akut banget, gejalanya bisa parah. Karena nggak kuat lagi menahan rasa malu, gunjingan, ejekan, atawa sindiran, orang bisa menarik diri dari pergaulan sosial atau malah terdampar di Rumah Sakit Jiwa. Bukannya kita nakut-nakutin yaa, cuma bikin kamu parno aja. Huuu… sama aja atuh! :lol:

Kelompok yang kontra ini ada yang sampai mendeklarasikan berdirinya sebagai PJI alias Partai Jomblo Indonesia pada pemilu mendatang. :D Mereka memperjuangkan hak dalam mendapatkan jodoh. Mengingat ada diantara mereka yang terkena dampak buruk dari rolek alias risiko orang jelek. Loyalitas mereka dalam perjuangannya terukir dalam semboyan yang menggelitik semangat, “Jomblo itu pedih, komandan…!” Walah.. walah..! :D

Mendingan jomblo daripada maksiat

Sob, dari hari ke hari opini media yang memojokkan para jomblo semakin tak terkendali. Remaja kian diarahkan untuk berani mengekspresikan rasa sukanya kepada lawan jenis dengan berpacaran. Setel tayangan-tayangan sinetron di tipi, tiap hari ngajarin cinta-cintaan yang tolol, manja, sekuler dan ah.. pokoknya geblek deh. Belum lagi ditambah acara-acara gosiptaintment yang menjamur dimana-mana bak cendawan di musim hujan, membuat permasalahan cinta menjadi problem utama dalam hidup manusia. Kedekatan seorang selebritis dengan lawan jenis dikupas habis dengan bumbu sana-sini yang macem-macem, bahkan hal yang sebenernya sepele pun diekspos ke publik. Aksi “penembakan” yang dilakukan remaja diabadikan dalam “Katakan Cinta”. Cinta yang muncul dalam waktu singkat pun ada di “Cinta Lokasi”. Perselingkuhan di antara mereka sampai-sampai diadukan ke “Detektif H2C” atau dengan pembuktian lewat “Playboy Kabel”.

Parahnya, remaja mengkomsumsi semua tayangan diatas setiap minggu bahkan setiap hari. Seolah-olah mereka membiarkan reality show itu mencuci otaknya, sehingga dapat dengan gampang teraplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Cinta… cinta… dan cinta… Tiada hari tanpa ngobrolin cinta. Otomatis secara psikologis ada beban tersendiri dalam perkembangan jiwa mereka. Malu binti nggak pede dalam kesendiriannya. Merasa terkucilkan disaat kebanyakan temen-temennya udah pada punya gebetan meski baru usia belasan tahun. Pengaruh media kini telah mendorong murid-murid SMP untuk Saatnya Mencari Pacar juga. Waaa… bisa berabe euy lamun kieu mah!

Maaf-maaf, bukannya kita mau membudidayakan status jomblo. Bukannya mau ngelarang temen-temen jomblo untuk nyari pasangan. Bukan juga mengajak para jomblo untuk tabbatul (membujang, red). Tapi kalo upaya pelucutan label jomblo selalu berujung pada aktivitas pacaran, mendingan tetep istiqomah aja menyandang status jomblo. Seperti pepatah bilang, biar jomblo asal selamat dari aktivitas maksiat. Setuju

4 komentar:

JoMbLo mengatakan...

WACH SERU2

Anonim mengatakan...

jangan jadi jomblo terus donk, ingat umur nikah, punya anak pesan mbah jambrong

Anonim mengatakan...

Hidup Jombloooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo

Misbah Habibie mengatakan...

siiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiip
wala takrobu zina, walaupun jomblo

Posting Komentar

"KITA MEMANG JOMBLO..TAPI KITA ADALAH SEORANG JOMBLO TERPILIH DAN SANGAT TERHORMAT DI MATA UMAT"...

 

Postingan Terbaru

KOmenTar TeraKhir